Ada 6 dimensi utama dalam Profil Pelajar Pancasila yang menjadi acuan dalam membentuk karakter pelajar yang seimbang dan holistik, yakni:
- Beriman, Bertakwa, dan Berakhlak Mulia
Pelajar yang memiliki rasa hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mampu hidup berdampingan dengan nilai-nilai agama, dan memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. - Nasionalis dan Cinta Tanah Air
Pelajar yang mencintai Indonesia, memiliki rasa kebanggaan dan kesetiaan terhadap tanah air, serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. - Berpikir Kritis
Pelajar yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan analitis dalam menyelesaikan masalah, serta menggunakan logika dan nalar yang sehat dalam mengambil keputusan. - Mandiri
Pelajar yang memiliki kemandirian dalam belajar dan kehidupan, serta mampu mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan tidak mudah bergantung pada orang lain. - Gotong Royong
Pelajar yang memiliki sikap kerja sama dan solidaritas, baik dalam lingkungan sosial maupun di dalam masyarakat, serta peduli terhadap sesama. - Global
Pelajar yang terbuka terhadap perkembangan dunia internasional, memiliki wawasan global, dan memahami keragaman budaya dan masyarakat di seluruh dunia.
Melalui profil ini, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, kepedulian sosial, serta kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Profil Pelajar Pancasila menjadi salah satu pilar dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter di Indonesia.
Saat tidak sedikit sekolah yang membungkam suara kkritis guru dan atau siswanya, SMA PGRI 1 Subang justru mengajarkan anak didiknya untuk bersuara kritis. SMA PGRI 1 Subang memanfaatkan implementasi P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk menantang siswanya berinovasi dan berkreativitas. Selain di bidang seni budaya, tata boga, produk kreatif, Sekolah yan dikEnal dengan SMAKOT ini memanfaatkan implementasi P5 ini salah satunya untuk menantang siswanya berani bicara di depan umum dan suara kritis. Ini sesuai dengan tujuan dari implementasi P5 yakni untuk menguatkan kompetensi dan karakter peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila. “Jadi kita ada yang namaya suara demokrasi, di sini siswa diajak untuk bicara gagasan, mereka juga didik untuk kritis, mulai dari lingkungan sekolah,” kata Kepala SMAKOT, Drs. H. Asep Kahlan Husen, M.MPd.
Di forum Suara Demokrasi ini, siswa dibebaskan untuk mengkritisi dari lingkungan sekolah, sistem pengajaran sampai pada penegakan disipilin di sekolah. “Milsanya mereka mengkritik MCK, misalnya kumuh. Kita biarkan mereka bicara. Dari situ, kita juga bisa mendapat masukan dari siswa, kita cek dan jadi bahan untuk rapat dengan guru, setelah itu kita tindak lanjuti,” tandasnya. Asep menerangkan, Suara Demokrasi ini menjadi ruang untuk siswa bicara kritis dengan banyak hal. Menurut dia, siswa punya hak untuk bicara dan menyampaikan ‘aspirasinya’ tentang banyak hal termasuk masalah di sekolah.
“Kita didik dan rangsang anak-anak untuk berkemauan dan kemampuan untik bucara, kita lihat anak-anak terlampau ditekan dengan banyak tugas atau intruksi, di sini kita memberikan ruang anak-anak untuk berani bicara,” tandasnya (tintahijau.com)